Edisi 1906
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”
(H.R. Bukari)
- Betapa banyak orang rela “berjuang dan berkorban” dengan alasan “cinta”
- Cinta menjadi alasanseseorang melakukan hal-hal besar dalam hidupnya.
- Orang yang mempunyai karakter dan tujuan hidup yang sama akan saling mencintaidan nyaman duduk bersama.
- Di akhirat nanti, seseorang akan berkumpulbersama dengan orang yang dicintainya selama di dunia.
- Ada rasa cinta dan keakraban di dunia yang kelakberubah menjadi permusuhan di akhirat.
“Sahabat akrab, pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”
(Q.S. Az Zukhruf: 67)
—
Saat kita mengamati lingkungan di sekitar, seorang Ibu berbahagia saat mengandung, melahirkan dan merawat anaknya meskipun sangat berat dirasakan dan dijalani. Tapi apalah arti beratnya semua itu jika cinta kepada anaknya mengalahkan penderitaannya. Seorang bapak bekerja keras membanting tulang siang malam untuk mencarikan nafkah keluarga yang sangat ia cintai tanpa berkeluh kesah. Seorang pemuda mengorbankan berbagai hal yang tidak masuk akal untuk mendapatkan wanita yang sangat dicintainya. Suatu kelompok supporter club melakukan tindakan brutal karena club yang dicintainya kalah bertanding. Betapa banyak orang rela “berjuang dan berkorban” dengan alasan “cinta”.
Cinta: kata yang tak perlu didefinisikan
Cinta, sebuah kata yang sulit didefinisikan namun kita semua pernah merasakannya. Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas. Mendefinisikan cinta hanya akan membuatnya kabur dan samar. Oleh karena itu, definisi cinta adalah adanya cinta itu sendiri. (Madarijus Salikin, 3/10).
Cinta, sebuah rasa yang sulit didefinisikan namun menjadi alasan seseorang melakukan hal-hal besar dalam hidupnya.
Gagak bertengger bersama gagak, merpati terbang bersama merpati
Orang yang mempunyai karakter dan tujuan hidup yang sama akan saling mencintai dan nyaman duduk bersama. Orang yang suka belajar agama akan mencintai orang yang rajin ngaji. Orang yang sama-sama suka travelling akan bersemangat bermain bersama. Orang yang suka membicarakan keburukan sesama akan berapi-api saat dipertemukan di perkumpulan gosip. Sungguh benar sabda Rasulullah Shallaallaahu ‘alaihi wa sallam, “Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang dihimpun dalam kesatuan. Jika saling mengenal di antara mereka maka akan bersatu. Dan yang saling merasa asing di antara mereka maka akan berpisah.” (H.R. Muslim no. 6376). Bisa kita tanyakan pada diri kita masing-masing, kita paling senang berkumpul dengan kawan yang seperti apa? Siapakah orang – orang yang kita cintai? Karena gagak senang hinggap bersama gagak, dan merpati pun senang beterbangan bersama kawanan merpati. Seperti apa kita, bisa bercermin pada sahabat duduk kita.
Di akhirat pun akan dikumpulkan dengan yang dicintai
Seseorang akan meniru hal-hal yang melekat pada orang yang dicintainya, entah dari cara berpakaian, berbicara, juga dari cara ia menjalani kehidupannya. Dia akan berusaha menjadi semirip mungkin dengan idolanya. Atau dia akan berusaha mengikuti keinginan dan apa yang disenangi oleh orang yang dicintainya tersebut.
Di hari kiamat nanti, manusia akan dikumpulkan bersama dengan orang-orang dicintainya selama di dunia itu, entah saat masih di dunia hidup bersama atau bahkan tidak bertemu sama sekali. Baik cinta itu diketahui manusia ataukah tidak satupun orang mengetahuinya. Allah Ta’ala mengetahui siapa yang kita cintai, kita perjuangkan, kita kagumi, kita ikuti, dan kita jadikan contoh.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Apabila roh-roh dipertemukan” (Q.S. At Takwir: 7)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa roh-roh itu akan dihimpunkan dengan yang sejenisnya. Semakna dengan yang di sebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: ”Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka.” (Q.S. Ash-Shaffat: 22). (Tafsir Ibnu Katsir, 8/331).
Allah Ta’ala akan mengumpulkan orang bersama dengan orang yang serupa dengannya. Orang shalih akan dikumpulkan dengan orang shalih, orang faajir (orang yang buruk/jahat) dengan orang faajir, lelaki mukmin dengan bidadari, dan orang kafir dengan syaithan. (Taisirul Kariimir Rahman, hal. 912).
Dari Anas Radhiyallahu’anhu bahwa ada seorang lelaki penduduk pedalaman mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat itu akan datang?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celaka engkau! Apa yang telah engkau persiapkan untuk menyambut kedatangannya?”
Orang itu menjawab, “Saya tidak menyiapkan apapun, hanya saja saya mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”
Kami mengatakan, “Kami juga begitu.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersaba, “Ya.”
Mendengar ini, kami merasa sangat berbahagia hari itu.
(H.R. Bukhari no. 6171)
Di akhirat nanti, seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya selama di dunia. Beruntunglah orang-orang yang selama di dunia mencintai Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Nabi Muhammad dan para sahabat adalah orang-orang yang jelas masuk surga. Bagaimana jika yang kita cintai selama di dunia adalah orang-orang yang hobi menggosip, atau yang tidak sholat, atau yang mengaku orang sakti, atau yang sesembahan nya bukan Allah Ta’ala? Na’uudzu billsahi min dzalik, kita berlindung dari hal seperti itu.
Cinta semasa di dunia, tapi musuh di akhirat
Coba kita lihat betapa loyalnya orang-orang yang tergabung dalam suatu perkumpulan di sekitar kita. Sebuah contoh, ada sebuah kejadian sekelompok anggota geng motor melakukan balas dendam kepada anggota geng motor lawannya yang menyebabkan anggota geng motor lawannya tersebut meninggal. Pelaku membacok punggung dan perut korban. Pelaku lainnya juga ada yang menyabetkan celurit ke bagian leher serta mengayunkan golok ke teman korban yang berhasil selamat. Apa alasan geng motor tersebut bertindak seperti itu? Karena kecintaannya kepada geng motornya atau kepada anggota geng motor tersebut. Ya, mungkin di dunia mereka bisa saling mencintai dan melindungi, namun bagaimana saat nanti di akhirat? Sungguh tidak semua rasa cinta selama di dunia akan kekal abadi sampai di akhirat nanti. Bahkan ada yang sebaliknya, rasa cinta dan keakraban itu berubah menjadi permusuhan.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sahabat akrab, pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Az Zukhruf: 67)
Sahabat dekat selama di dunia itu pada hari kiamat sebagiannya akan saling bermusuhan. Setiap pertemanan dan persahabatan yang dibangun bukan karena Allah Ta’ala akan berbalik menjadi permusuhan di hari kiamat kelak. Adapun persahabatan karena Allah Ta’ala akan langgeng. (Tafsir Ibnu Katsiir, 7/218).
Penyesalan bukan sekarang, tapi esok yang akan datang…
Mungkin saat ini orang-orang yang saling mencintai di atas kemaksiatan merasa enjoy-enjoy saja dengan apa yang dilakukannya. Bahkan sebagian merasa bangga dengan kemaksiatan yang dilakukan. Ketika dinasihati bahwa perbuatan persahabatan di atas maksiat itu bisa menjadi sebab dimasukkan ke dalam neraka, malah dengan ringannya menjawab, ‘tidak apa di neraka, bisa ketemu temen-temen banyak, mungkin malah bisa bikin acara di situ’ . Na’udzubillah.
Jika kelak ucapan itu benar terjadi, maka ia akan sangat menyesali itu semua. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: ‘Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku.” Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (Q.S. Al Furqan: 27-29)
Kelak ia akan sangat menyesal telah menjadikan orang buruk sebagai teman akrab karena teman akrab tersebut telah menyesatkannya. Saking menyesalnya, yang digigit bukan hanya jemarinya semisal saat seseorang di dunia menyesal, akan tetapi yang digigit adalah kedua tangannya. Hal ini menunjukkan bahwa ia benar-benar sangat menyesal.
Semoga kia termasuk orang-orang yang mencintai Nabi, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka. Kita memang sangat jauh kadar keimanannya dibandingkan mereka, namun semoga dengan kita benar-benar tulus mencintainya, kita akan bersama mereka kelak di Surga -Nya
Ditulis : Pridiyanto, S.Farm, Apt. (Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)
Dimurajaah : Ustaz Abu Salman, B.I.S.